Soerojo Hospital Soerojo Hospital Soerojo Hospital

Hotline Jiwa Jadi Sorotan di Community of Practice (CoP) Seri Ke-6: Inovasi layanan untuk Cegah Bunuh Diri Gen Z & Milenial

Oleh Admin Soerojo Hospital
Diposting di Berita Juli 31, 2025


Magelang, 31 Juli 2025 – Soerojo Hospital melalui Tim Jejaring Pengampuan Kesehatan Jiwa Regional 3 menyelenggarakan Teleseminar Soerojo Hospital (TENAR), yang kali ini merupakan bagian dari rangkaian Community of Practice (CoP) Seri Ke-6 dengan tema: “Dari Krisis ke Koneksi: Hotline Peduli Jiwa dalam Pencegahan Bunuh Diri pada Gen Z & Milenial.

Kegiatan yang dibuka langsung oleh Direktur Utama Soerojo Hospital, dr. Rukmono Siswishanto, Sp.OG(K), M.Kes, MPH, dihadiri sebanyak 157 peserta dari berbagai latar belakang profesional kesehatan di seluruh regional jejaring pengampuan layanan kesehatan jiwa. Peserta berpartisipasi aktif dalam diskusi yang berlangsung dinamis dan konstruktif. CoP Seri ke-6 menjadi ruang berbagi wawasan, pertukaran pengalaman, serta penguatan praktik baik dalam pengembangan layanan hotline jiwa sebagai garda terdepan penanganan krisis psikologis.

Tiga narasumber hadir dalam kegiatan ini dan menyampaikan materi serta berbagi pengalaman terkait hotline service mulai dari pendekatan psikologis di Malaysia hingga praktik langsung layanan di Indonesia. Seluruh paparan menekankan bahwa hotline kesehatan jiwa memegang peran penting sebagai lini pertama dalam menangani krisis psikologis.

Prof. Mimi Fitriana Zaini, M.Hs, Psy, Ph.D dari International University of Malaya-Wales, Malaysia, membuka sesi dengan topik “Cybervictimization and Suicidal Ideation for Adolescents Mental Health.” Beliau memaparkan bahwa kekerasan relasional di media sosial menjadi pemicu serius ideasi bunuh diri pada remaja usia 15–19 tahun. Data menunjukkan keterkaitan erat antara perundungan digital dan penurunan kepuasan hidup.

Prof. Mimi menekankan pentingnya intervensi psikologis terstandar, peningkatan literasi digital, serta kehadiran layanan hotline sebagai garda terdepan dalam penanganan krisis. Ia juga menyerukan dukungan kebijakan publik yang lebih responsif terhadap dinamika kesehatan jiwa di era digital.

Paparan ini menjadi pengingat penting bagi tenaga kesehatan jiwa untuk terus beradaptasi dengan dinamika risiko psikososial yang dihadapi oleh generasi digital-native seperti Gen Z dan Milenial, serta memperkuat peran layanan kesehatan jiwa dalam menjawab tantangan zaman.

Dalam sesi berikutnya, dr. Hj. Wiwin Nurhasida, Direktur Rumah Sakit Jiwa  Mutiara Sukma Provinsi Nusa Tenggara Barat, menyampaikan praktik implementasi inovatif LAPOR BUDIR MUTIARA SUKMA. Sebuah layanan kesehatan jiwa berbasis integrasi dan sistem informasi yang difokuskan untuk menangani krisis psikologis. Aplikasi layanan ini sudah diakses lebih dari 200 pengguna dalam kurun waktu 6 bulan terakhir. Inovasi ini mengedepankan pendekatan kolaboratif berbasis pentahelix, yang melibatkan unsur pemerintah, akademisi, media, masyarakat, dan pelaku usaha. RSJ Mutiara Sukma berkomitmen untuk terus mengembangkan layanan ini agar semakin luas jangkauannya dan semakin optimal manfaatnya bagi masyarakat.

Rustini, S.Kep., Ns, dari Soerojo Hospital, menutup sesi dengan membagikan pengalaman pengembangan Soerojo Hotline Service (SHS). Layanan ini menjadi respon cepat terhadap krisis psikologis, khususnya pada kalangan muda yang akrab dengan teknologi. SHS menyediakan konseling awal, asesmen risiko bunuh diri, dan dukungan emosional dengan pendekatan empatik dan rahasia, serta dapat diakses 24 jam melalui aplikasi WhatsApp di 0813-10-800-800. SHS merupakan representasi nyata dari inovasi rumah sakit dalam menghadirkan layanan psikososial yang inklusif, adaptif, dan berbasis teknologi.

Teleseminar ini dipandu secara apik oleh Triyana, S.Kep., Ners, menghadirkan diskusi yang interaktif, terarah, dan membuka ruang refleksi mendalam atas tantangan kesehatan jiwa di era digital. Tidak sekadar berbagi pengetahuan, Community of Practice (CoP) Seri Ke-6 menjadi ruang temu gagasan dan semangat, memperkuat komitmen bersama untuk menghadirkan layanan kesehatan jiwa yang semakin aksesibel, berkualitas, dan selaras dengan kemajuan teknologi. Komitmen yang dibangun dalam sesi ini menjadi bagian dari upaya kolektif untuk menurunkan angka bunuh diri, serta menciptakan ekosistem kesehatan jiwa yang lebih inklusif, responsif, dan berkelanjutan.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada para narasumber atas ilmu dan wawasan yang telah dibagikan, serta kepada seluruh peserta atas partisipasi aktif dan antusiasme yang turut menyukseskan jalannya kegiatan ini. Semoga semangat kolaboratif ini terus tumbuh, menjadi pijakan kuat dalam membangun kesehatan jiwa untuk bangsa.

Bagikan Postingan ini