Selamat datang !
Selamat datang di Repositori Instusi Soerojo Hospital sebuah layanan yang disediakan dengan tujuan untuk
mengoleksi, memelihara, dan menyediakan akses permanen pada koleksi karya ilmiah di lingkungan
Soerojo Hospital. Repositori ini digunakan sebagai tempat penyimpanan terpusat dan pemeliharaan
jangka panjang terhadap hasil karya ilmiah milik pegawai Soerojo Hospital maupun pihak luar yang
melakukan penelitian di lingkungan Soerojo Hospital. Dengan adanya repositori ini, diharapkan hasil
karya ilmiah di lingkungan Soerojo Hospital dapat diakses secara luas.
ABSTRAK
Latar Belakang: Diabetes Melitus adalah suatu penyakit atau gangguan
metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar
gula darah disertai gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai
akibat insufisiensi fungsi insulin. Salah satu penatalaksanaan Diabetes Melitus
adalah terapi nutrisi media atau diet. Kunci utama diet Diabetes Melitus adalah
dengan prinsip tepat jenis makanan, jadwal makanan, dan jumlah kalori. Tujuan
karya tulis ilmiah ini adalah mendeskripsikan penerapan asuhan keperawatan pada
pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan fokus studi ketidakpatuhan terhadap diet.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi
kasus menggunakan satu klien sebagai subjek penelitian
Hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada pasien terkait masalah
ketidakpatuhan terhadap diet dapat teratasi sesuai dengan kriteria hasil yang
diharapkan.
Simpulan: Dalam mengatasi ketidakpatuhan terhadap diet yang dilakukan
tindakan keperawatan selama 4 hari, pasien menunjukkan sikap patuh dengan
makan sesuai jenis, jadwal, dan jumlah, kadar gula darah sewaktu pasien menurun,
serta pemahaman tentang diet meningkat.
Kata kunci: diabetes melitus tipe 2, ketidakpatuhan diet, edukasi.
ABSTRACT
The Prevalence of mental disorders in Indonesia based on Riskesdas 2018 shows an increase compared to Riskesdas 2013, up form 1,7% to 7%. The increase in cases of mental disorders can cause the quantity of psychopharmaca therapy to increase so an evaluation is needed regarding its use. This study aims to determine the profile of psychopharmaca use in outpatients at RSJ Prof. Dr. Soerojo Hospital Magelang based on type and quantity in DDD units and DU% profile. The methods used in this study were Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD) and Drug Utilization 90% (DU 90%). This research was carried out descriptively, by collecting data retrospectively which was summarized from the Hospital Information System (SIRS) at RSJ Prof. Dr. Soerojo Hospital Magelang in 2021. The results showed that the psychopharmaca used in 2021 were 14 types of drugs. The three most widely used psychopharmaca drugs were haloperidol at 7554,06 DDD/1000 KPRJ, trifluoperazine at 4984,15 DDD/1000 KPRJ, and alprazolam at 4178,54 DDD/1000 KPRJ. Psychopharmaca drugs included in the 90% DU segment are haloperidol, trifluoperazine, alprazolam, amitriptyline, diazepam, and clozapine.
Keywords : Mental disorders, Psychopharmaca, ATC/DDD, DU90%, RSJ
Lihat
ABSTRACT
Infectious diseases are a major problem in developing countries, data from the World Health Organization (WHO) shows an increase in the use of antibiotics every year. The relatively high intensity of antibiotic use can increase the risk of using antibiotics. This study was conducted to determine the profile of antibiotic use based on the type and quantity calculated in DDD units and to determine the DU90% profile of antibiotic use in outpatients at Mental Hospital Prof. Dr. Soerojo Magelang during 2021. The data analysis used in this study were Anatomical Therapeutic Chemical / Defined Daily Dose (ATC/DDD) and 90% Drug Utilization (DU90%). This research is descriptive, with retrospective data collection through the Hospital Information System (SIRS). The data obtained in the form of the name of the drug, dosage form, dosage strength, quantity of drug use, number of outpatients per month and a list of the top 10 non-mental diseases of outpatients. The results of this study indicate that there are 10 generic names of antibiotics used with an average total value of 101.51 DDD/1000 KPRJ usage. The order of four antibiotics with the highest use was azithromycin 49.63 DDD/1000 KPRJ, amoxicillin 19.81 DDD/1000 KPRJ, cefadroxil 11.24 DDD/1000 KPRJ and clindamycin 9.00 DDD/1000 KPRJ. Antibiotics that fall into the DU90% segment are azithromycin, amoxicillin, cefadroxil, and clindamycin.
Keywords : Antibiotics, ATC/DDD, DU90%, RSJ
Lihat
ABSTRACT
ABSTRACT
Background: Hallucinations are disorders of a person's perception without external stimuli that make the sufferer unable to control his own thoughts and feelings. People with hallucinations assume that the cause of hallucinations comes from their environment. Perception disorders or hallucinations will result in a person doing bad actions such as disturbing the surrounding environment, damaging goods, and committing suicide. One of the interventions to control it is murotal therapy. This therapy is carried out by the method of listening to the holy verses of the Koran for 15-30 minutes. Purpose: to describe and analyze the symptoms of hallucinations before and after murotal therapy. Methods: this research uses descriptive methods with a case study approach. The subjects of this study were 2 people who fit the inclusion criteria. Results: Subject I before being given murotal therapy got hallucinatory symptoms as many as 24, after murotal therapy for three consecutive times the symptoms of hallucinations became 19. Subject II before murotal therapy got 22 hallucinatory symptoms, after murotal therapy for three consecutive times the symptoms of hallucinations became 13. Conclusion: The decrease of hallucination symptoms from both subjects showed that murotal therapy was able to control the hallucinatory symptoms. Murotal therapy can be used to control the symptoms of hallucinations.
Keywords: symptoms, auditory hallucinations, murotal therapy.
Lihat
ABSTRAK
Latar Belakang : Asma merupakan penyakit inflamasi kronis pada saluran pernafasan yang menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik yang berulang. Pelaksanaan pengobatan asma irasional masih menjadi kendala dalam mencapai terapi yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang evaluasi penggunaan obat asma agar keberhasilan terapi tercapai. Tujuan : Mengevaluasi penggunaan obat asma pada pasien asma di bagian rawat jalan RSJ. Prof dr. Soerojo Magelang tahun 2019. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan mengambil data secara retrospektif pada data rekam medis pasien asma tahun 2019 di instalasi rawat jalan RSJ. Prof dr. Soerojo Magelang yang telah memenuhi kriteria inklusi. Hasil : Dari 80 sampel yang didapatkan bahwa asma paling banyak diderita oleh jenis kelamin perempuan yaitu 50 pasien (63%), berdasarkan usia 46-45 pasien (58%), penyakit penyerta yaitu dispepsia 10 pasien (83). %), berdasarkan penggunaan obat asma yaitu golongan obat kortikosteroid sebanyak 142 obat (38,8%). Evaluasi penggunaan obat menunjukkan hasil pasien 100% benar, 100% benar indikasi, 100% benar obat, 100% benar dosis, dan waspada terhadap efek samping yaitu sefalosporin tidak berinteraksi dengan penggunaan kortikosteroid, mukolitik, antihistamin, bronkodilator, dan analgesik. Juga tidak ada potensi efek samping yang muncul pada pasien ISPA/PPOK akibat pemberian obat tersebut.
Kata Kunci : Evaluasi Penggunaan Obat, Penderita Asma, Obat Asma
Lihat
ABSTRACT
Background: The prevalence of pain at age > 15 years in Indonesia is 7.3%, in Central Java is 6.78%, and in Magelang City is 5.05. Analgesics with various mechanisms of action and potencies are the main class of drugs used in medicinal treatment. Purpose: To determine the profile of analgesic use for inpatients and outpatients at the Prof.Dr.Soerojo Magelang Mental Hospital during 2021 based on the type and quantity of use in DDD units along with the DU90% profile.
Method : This study is a descriptive study using retrospective data on analgesic use during 2021 which was taken from the Hospital Management Information System (SIMRS) at Prof. RSJ. Dr. Soerojo Magelang. Quantitative evaluation was carried out using the Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD) and Drug Utilization 90% (DU90%).
Results: The study showed that the three highest analgesic drugs used for inpatients were metamizole with an average use of 0.85 DDD/100 HR, mefenamic acid 0.50 DDD/100 HR, and dexketoprofen 0.16 DDD. /100 HR. The three highest drugs for outpatients were mefenamic acid with an average use of 49.20 DDD/1000 KPRJ, metamizole 14.9 DDD/1000 KPRJ, and dexketoprofen 8.73 DDD/1000 KPRJ.
Conclusion: The analgesics included in the 90% DU segment during 2021 are metamizole, mefenamic acid, and dexketoprofen.
Key words : Analgesic, ATC/DDD, DU90%, RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang
Lihat
ABSTRACT
Background: The prevalence of mental disorders in Indonesia according to the 2018 Basic Health Research (RISKESDAS) data shows a significant increase. This increase can potentially lead to an increase in the quantity of psychopharmaceutical drug use and evaluation needs to be carried out in order to achieve rational drug use.
Objective: To determine the profile of the use of psychopharmaceutical drugs for inpatients at RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang during 2021 based on the type and quantity of use and the 90% DU profile.
Method : The method used is Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD) and Drug Utilization 90% (DU 90%). This research was conducted descriptively by collecting data on the use of patients' psychopharmaceutical drugs retrospectively from the Drug Information and Management System (SIMO) at Prof. RSJ. Dr. Soerojo Magelang during 2021 in the form of the name of the drug, the strength of the preparation, the dosage form, the number of patients, and the quantity of use.
Results: This study contained 14 types of psychopharmaceuticals, including those used in the Inpatient Installation of RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang. The total quantity of use of psychopharmaceutical drugs is 51,094 DDD/100 HR. Three types of psychopharmaceutical drugs with the highest use were clozapine at 15,738 DDD/100 HR, haloperidol at 12,270 DDD/100 HR, and diazepam at 7,872 DDD/100 HR.
Conclusion: Psychopharmaceutical drugs included in the DU90% segment include clozapine, haloperidol, diazepam, trifluoperazine and amitriptyline.
Keywords : Psychopharmaceutical, EPO, ATC/DDD, DU90%, RSJ
ABSTRAK
Latar Belakang : Halusinasi merupakan suatu tanggapan dari panca indra tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal. Dampak yang ditimbulkan oleh halusinasi antara kekerasan lain baik ditujukan untuk diri sendiri maupun orang lain dan risiko tinggi tindakan bunuh diri. tanda dan gejala dari halusinasi dapat diturunkan melalui terapi spiritual yaitu dengan cara berdzikir. Dzikir adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan ketuhanan berupa segala hal dengan mengingat Allah SWT. Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan serta penerapan teknik berdzikir untuk penurunan skor pendengaran pendengaran. Metode : Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan metode wawancara. Sampel dalam penelitian ini ada 2 subjek yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu pasien skizofrenia yang memiliki masalah 1000 halusinasi pendengaran berjenis kelamin laki-laki dan menurut islam. Alat untuk pengumpulan data menggunakan kuesioner untuk mengukur perhitungan terjadinya penurunan tanda dan gejala halusinasi sebelum dan sebelum terapi diberikan dzikir. Hasil : Diperoleh hasil bahwa terjadi penurunan tanda dan gejala halusinasi setelah terapi dzikir diberikan pada subjek I dari nilai gejala halusinasi 28 menjadi 19 dan pada subjek II dari nilai gejala halusinasi 38 menjadi 30. Kesimpulan : Hasil penelitian dapat dikatakan bahwa terapi dzikir efektif untuk menurunkan dan gejala gangguan pendengaran.
Kata Kunci: Tanda dan Gejala, Halusinasi, Teknik Dzikir.
Lihat
ABSTRACT
Schizophrenia is type of severe mental disoder that affect mind, feeling, and behavior of individual which is characterized by losing understanding of reality and loss of insight power. Risk of violence behavior is emotional condition which marked by frustation mix feeling and hate or anger which can be showed to circle, ownself or destrucktion, the impact is high risk of harming, other people and the environmen .Group activity therapy is type of safe non farmakology therapy to decrease symtomps of violence behavior risk in schizophrenia’s patient. This study’s aim is to determine the description of the applicaton of group activity therapy: Perception stimulation toward symtomps in schizophrenia’s patient trough a psicological nursing care approach. This type of research is descriptive with a case study approach. Subject used a number of 2 people with criteria schizophrenia’s patient with risk of violence behavior and cooperative. Symtomps of violence behavior risk measurement using questionnaire sheet for 5consecutived days. The results of data analysis showed that subject I experienced a decrease in symtomps of violence behavior risk from 19 to 14, subject II experienced a decrease in symtomps of violence behavior risk from to 7. The result of this case study concluded that there were decrease symtomps of violence behavior risk in schizophrenia’s patient. Group activity therapy: Perseption stimulation is reccomended as nursing intervention in risk of violence behavior management because they is able to decrease symtomps of violence behavior risk significantly and easily applied.
Key Words: Schizophrenia, Risk of violence behavior, Group activity therapy: Percption stimulation
Lihat
ABSTRACT
Background : COVID-19 is a viral infection by the Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2), common symptoms of this
infection include acute respiratory disorders such as fever, cough and
shortness of breath. In severe cases it can cause pneumonia, acute respiratory
syndrome, kidney failure, and death. The increase in the number of Covid-19
cases is very fast and widespread, so a rapid examination is needed to diagnose
Covid-19. The gold standard for the diagnosis of Covid-19 is RT-PCR, but it
needs to be supported by routine hematological examinations such as hematology
examination, leukocyte count and platelet examination to monitor disease
progression, as well as assess disease severity.
Research objective : Knowing the number of leukocyte components and
the number of platelets in Covid-19 patients treated at RSJ Prof. Dr. Soerojo
Magelang for the period June-July 2021.
Research methods : This research is a descriptive observational
study with a retrospective approach. Data collection with purposive sampling
technique. The research data is medical record data from 157 Covid-19 patients
at RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang for the period June-July 2021.
Results : The results showed that the number of normal basophils
(100%), low eosinophils (76%), high eosinophils (1%), normal eosinophils (23%),
high neutrophils (59%), normal neutrophils (32%), low neutrophils (9 %), normal
monocytes (82%), high monocytes (15%), low monocytes (3%) and low lymphocytes
(54%), normal lymphocytes (36%), high lymphocytes (10%). Normal platelet count
(86%), thrombocytopenia (10%), thrombocytosis (4%).
Conclusion : COVID-19 patients had normal basophils, mostly low
eosinophils, high neutrophils, normal monocytes, low lymphocytes and normal
platelet counts.
Keywords : COVID-19, Components of leucocytes, Platelets
Makanan merupakan
bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan atau unsur-unsur ikatan
kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila
dimasukkan ke dalam tubuh. Makanan yang baik berasal dari bahan makanan yang
berkualitas baik. Salah satu hal penting dalam penyelenggaraan makanan yaitu
jumlah bahan makanan dan standar porsi yang dihasilkan, hal ini dikarenakan
jumlah bahan makanan berpengaruh terhadap standar porsi yang dihasilkan. Jumlah
bahan makanan harus ditetapkan secara teliti agar didapat
standar porsi sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya sehingga dapat
memenuhi kebutuhan klien.
Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui gambaran jumlah sisa makanan yang disajikan pada pasien rawat inap
jiwa di Rumah Sakit Prof. Dr. Soerojo Magelang.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, sampel pada penelitian ini adalah
pasien rawat inap jiwa dengan sampel diambil secara purposive sampling dengan jumlah
kriteria: kesediaan pasien untuk pasien makan per oral, pasien yang mendapatkan diet dalam bentuk biasa, pasien dapat melakukan komunikasi
2 arah, bukan pasien geriatri ataupun pasien anak dan remaja. Data yang diambil
meliputi nama pasien, dan mengamati jumlah makanan yang tidak dihabiskan pasien berdasarkan
standar porsi yang ada dan kemudian dicatat di kuesioner yang telah disediakan.
Prinsip dalam mengamati jumlah makan yang tersisa adalah dengan menggunakan prinsip comstock.
Dari hasil Penelitian ini, dengan
pemantauan pada 10 siklus menu dengan 3x penyajian makan, didapatkan nilai
rata-rata sisa makan sebesar 6,39%. Kemudian, nilai rata-rata sisa makan
tersebut dikalikan dengan unit cost untuk pemberian makan kelas perawatan kelas
3 sebesar Rp 10.000,-. Dari hasil perkalian tersebut, didapatkan nilai uang Rp.
639,- untuk sisa makan terbuang yang disajikan pada pasien per sekali makan.
Jadi dalam sehari, per pasien akan membuang biaya sebesar Rp. 1917,-.
Kata kunci: Instalasi Gizi, Sisa Makan, Unit Cost
ABSTRACT
Background: The risk of COVID-19 infection towards healthcare workers (HCW) due to occupational exposure remains significantly high. Intervention such as healthy diet has been recommended to maintain optimal immune system. HCWs are expected to implement the recommendations especially in this new normal era. However, there has not been research to assess this implementation by HCWs in Soerojo Hospital Magelang.
Objective: To describe the dietary patterns and dietary habits of healthcare workers in Soerojo Hospital in the new normal adaptation.
Method: Quantitative descriptive data of HCWs in Soerojo Hospital Magelang (n=265) using validated dietary pattern questionnaire and Adult Eating Behaviour Questionnaire (AEBQ). The data were obtained from June to July 2022 using online survey. The data were analyzed through univariate analysis.
Results: HCW eats 3 times a day (68%), often eats breakfast (61%), often eats snacks between meals (75%), eats fruits 3-5 times a week (54%), vegetables (64%), often drinks water after meals (85%), and has rare supplement intake (91%). Based on ABEQ, HCW is prone towards food approach.
Conclusion: HCWs in Soerojo Hospital has not implemented the recommended healthy diet based on Indonesia Health Ministry’s recommendations and shows a food approach trait that increases the risk of overweight.
Keywords: Healthcare workers, Dietary habits, Dietary patterns, AEBQ, COVID-19, New normal
Lihat
Background: Long-term negative effects on academic ability
and social activities can persist into adulthood in children with
neurodevelopmental disorders characterized by inattention, hyperactivity, and
impulsivity or called ADHD. Genetic, neurotransmitter, neurological,
environmental, psychosocial, brain trauma, and addictive factors are some of
the predisposing factors for ADHD. But theoretically, maternal risk factors are
often a contributing factor to neuropsychiatric disorders, because of their
potential influence on child brain development. Therefore, this study aims to
assess the proportion of maternal risk factors consisting of prenatal, perinatal,
and other factors of ADHD in Soerojo Hospital.
Subjects and Method: A descriptive-analytic study
with a retrospective approach was conducted on April-June 2022 at Soerojo
Hospital. A total of 90 subjects pediatric patients diagnosed with ADHD selected
by purposive sampling techinque. Data collection was carried out by
distributing questionnaires. The questionnaire consists of three sections
contained questions regarding maternal risk factor of ADHD and was filled out
by mothers of ADHD children.
The data were analyzed by univariate analysis using SPSS.
Results: The
proportion of prenatal risk factors are mother’s age at pregnancy (19%),
maternal disease history (8%), alcohol consumption (0%), hormonal contraception
pre-pregnancy (24%), maternal psychopathology (34%), maternal excess weight
(49%); the proportion of perinatal risk factors are premature birth (12%),
operative abdominal and vaginal delivery (49%), low birth weight (13%),
neonatal emergencies (34%); While other factors are hereditary factors (13%),
exposure to cigarettes (47%), and marital conditions (23%).
Conclusion: The
most common maternal risk factors were maternal excess weight, operative
abdominal and vaginal delivery, exposure to cigarettes, maternal
psychopathology, and neonatal emergencies.
Keywords: ADHD, Maternal Risk Factor, Prenatal,
Perinatal
ABSTRACT
Background: Attention deficit-hyperactivity disorder (ADHD)
is a prevalent neurodevelopmental disorder that is frequently accompanied by several
comorbidities, making it complicated and challenging to manage. Sleep disturbance is one of the ADHD comorbidities
with complex, multi-directional, and multifactorial relationships.
Objective: To determine the prevalence and factors that influence sleep
disturbance in ADHD children.
Methods: A cross-sectional study conducted at Soerojo Hospital,
involving 60 children under aged 6-15 years who had been diagnosed with ADHD
using DSM-5 criteria, at the child and adolescent mental health department, outpatient
clinic of Soerojo Hospital, Central Java in May 2022 - October 2022. Data
collected by purposive sampling technique, using validated and reliable
Indonesian version of the Sleep Disturbance Scale for Children (SDSC)
questionnaire. Logistic regression analysis was used to determine the factors
that are influencing sleep disturbance.
Results: A total
of 60 ADHD children in this study, sleep
disturbance prevalence was 12 (20%). Sleep hyperhidrosis (13%) was the most
common sleep disturbance type, followed by disorders of initiating and
maintaining sleep (3%) and sleep
breathing (3%) then disorders of excessive somnolence (1%). Based on bivariate analysis we found that the
factors that influence sleep disturbance in ADHD children were Asthma (ρ-=0.025)
and epilepsy (ρ-=0.037).
Conclusion: Prevalence of sleep disturbance in ADHD children is
relatively high. Asthma and epilepsy were significant influences on increased
sleep disturbance incidents in children with ADHD. Early screening for sleep
disturbance in ADHD children and its
influencing factors is necessary to provide effective prevention and treatment.
Keywords:
Sleep disturbance, ADHD, SDSC, influencing
factors.
ABSTRAK
Menurut WHO kualitas hidup adalah persepsi individu terhadap kehidupan yang dijalaninya sesuai dengan budaya dan nilai-nilai tempat individu tersebut tinggal serta membandingkan kehidupannya tersebut dengan tujuan, harapan, standar, dan tujuan yang telah ditetapkan oleh individu yang tidak terbatas hanya dari fisik melainkan juga dari aspek psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh terapi vokasi dalam program One Day Care (ODC) terhadap peningkatan kualitas hidup Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Sub Keterapian Psikososial di Instalasi Rehabilitasi Medik RSJ Prof. Dr.Soerojo Magelang. Metode pengumpulan data menggunakan metode eksperimen one grup pretest-posttest design. Metode analisis menggunakan analisis dengan teknik Wilcoxon Signed Ranks Test. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien One Day Care RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang sebanyak 10 orang. Teknik analisis menunjukkan nilai Z= -7,055 dengan p= 0,000 (p<0,05). Berarti hipotesis diterima yaitu ada perbedaan antara kualitas hidup pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) sebelum dan setelah diberikan terapi vokasi dalam progam One Day Care (ODC). Kualitas hidup pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) akan lebih tinggi setelah diberikan terapi vokasi dalam progam One Day Care (ODC) dibandingkan dengan kualitas hidup pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) sebelum diberikan terapi vokasi dalam progam One Day Care (ODC). Kualitas hidup sebelum diberikan terapi vokasi lebih rendah (mean=81,50) daripada kualitas hidup setelah diberikan terapi vokasi (mean=95,10). Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan pada kualitas hidup subjek sebelum dan setelah terapi vokasi diberikan.
Kata kunci:
Terapi Vokasi, Kualitas Hidup, One Day Care (ODC).
Kehadiran seseorang dengan gangguan jiwa
dalam keluarga seringkali dikaitkan dengan adanya beban pada anggota keluarga.
Perawatan pasien dalam jangka waktu yang lama dihubungkan dengan masalah
eksistensial dan spiritual yang dialami anggota keluarga, terutama yang
memiliki peran pengasuhan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan
antara kesejahteraan spiritual dan caregiver burden pada caregiver orang
dengan skizofrenia. Penelitian kuantitatif cross-sectional ini
melibatkan 118 orang caregiver orang dengan skizofrenia (ODS) yang
memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut: merupakan keluarga atau kerabat
dekat dari ODS berusia 18 tahun atau lebih yang sedang menjalani pengobatan
rawat jalan, serta dalam enam bulan terakhir tinggal bersama ODS dan memberikan
perawatan dalam keseharian. Sampel penelitian ini diperoleh dengan metode accidental
sampling. Pengukuran dilakukan menggunakan Skala Burden Assessment
Schedule (16 aitem; α=0,880) dan Skala Kesejahteraan Spiritual (20 aitem;
α=0,990). Analisis data dilakukan menggunakan uji korelasi rank Spearman.
Hasil analisis data memperlihatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara kesejahteraan spiritual dan caregiver burden (rs=-0,116;
p=0,213). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subjek yang memiliki
kesejahteraan spiritual yang tinggi tidak serta merta berasosiasi dengan caregiver
burden yang dialaminya. Penelitian ini menyediakan bukti empiris bahwa
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kesejahteraan spiritual dengan caregiver
burden pada caregiver ODS.
Kata kunci: caregiver burden;
kesejahteraan spiritual; caregiver skizofrenia
Abstrak
Latar belakang: Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit disebabkan oleh kerusakan pankreas yang ditandai dengan hiperglikemi yang dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi salah satunya ulkus diabetik. Ciri dari ulkus diabetik adalah luka sulit sembuh yang jika tidak segera ditangani akan bertambah luas dan dalam yang dapat berkembang menjadi gangren serta berisiko untuk diamputasi, menurunkan kualitas hidup, mobilitas fisik terganggu, dan menambah beban ekonomi. Upaya yang dilakukan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien ulkus diabetik dengan diagnosa keperawatan gangguan integritas kulit adalah perawatan luka. Perawatan luka yang berkembang saat ini adalah perawatan luka moist wound healing dengan cara mempertahankan kelembaban luka agar pertumbuhan jaringan terjadi secara alami, mengurangi kejadian infeksi, dan meminimalkan risiko amputasi.
Metode: Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus (case study) dengan jumlah sampel 1 pasien.
Hasil: Setelah dilakukan perawatan luka 3 kali setiap 2 hari sekali didapatkan hasil ukuran serta kedalaman luka tidak mengalami perbaikan, nyeri berkurang, jaringan nekrosis berkurang, bau berkurang, edema berkurang, eksudat berkurang, jaringan granulasi meningkat. Dengan skor BWAT 38/65, 38/65, dan 36/65.
Simpulan: integritas kulit meningkat setalah dilakukan perawatan luka moist wound healing
Kata kunci: Ulkus diabetik, perawatan luka, moist wound healing
Abstrak
Latar belakang : Skizofrenia adalah diagnosis medis yang memiliki masalah mental pada individu dengan perilaku sosial yang tidak normal. Skizofrenia memiliki gejala negatif salah satunya adalah harga diri yang rendah. Harga diri rendah merupakan pandangan negatif yang dimiliki oleh dirinya sendiri sehingga rasa percaya diri dan harga dirinya hilang. Dalam penerapan standar intervensi keperawatan Indonesia didapatkan promosi harga diri salah satunya motivasi menerima tantangan atau hal baru. Motivasi menerima tantangan/hal baru bertujuan untuk mengembalikan rasa percaya diri dan menggali kemampuan diri.
Metoda : Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dalam bentuk studi kasus dengan 1 pasien kelolaan.
Hasil : Setelah dilakukan intervensi selama 5 hari pertemuan pasien mampu mempertahankan kontak mata, pasien minat mencoba hal barunya meningkat, percaya diri berbicara meningkat, dan konsentrasi pasien meningkat.
Simpulan : Rasa percaya diri dan keinginan mencoba hal baru meningkat.
Kata kunci : penerapan standar intervensi keperawatan Indonesia, promosi harga
diri, harga diri rendah.
Abstrak
Latar Belakang : Distraksi merupakan bagian intervensi mandiri dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, teknik ini menjadi upaya dalam manajemen halusinasi yang dilakukan oleh perawat untuk melatih pasien skizofrenia mengontrol gangguan persepsi sensori. Berbagai macam penerapan teknik distraksi ini bisa dilakukan dengan mendengarkan musik dan melakukan aktivitas menggambar. Berbagai studi membuktikan bahwa melakukan aktivitas menggambar dapat menurunkan tingkat gangguan persepsi sensori. Namun penulis akan membuktikan bahwa gambaran penerapan teknik distraksi ini sebagai bagian utuh dari Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan kasus dengan menggunakan satu responden skizofrenia dengan masalah gangguan persepsi sensori.
Hasil : Berdasarkan hasil evaluasi keperawatan yang diperoleh dari pada saat awal pengkajian klien lebih sering melamun dan tidak melakukan aktivitas apapun karena bosan dengan kegiatan yang itu-itu saja, setelah diberikan kegiatan positif ini klien memperlihatkan hal-hal yang berbeda seperti klien merasa lebih senang karena ada kegiatan baru yang sebelumnya tidak ada. Maka dengan penerapan teknik distraksi dengan melakukan aktivitas menggambar dapat membantu klien untuk menurunkan tingkat halusinasi yang dialami oleh klien.
Simpulan : Berdasarkan pembahasan diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan yang telah penulis lakukan pada Ny. S membuktikan bahwa melalui penerapan aktivitas menggambar dapat membantu klien dalam menurunkan gejala gangguan persepsi sensori.
Kata Kunci : Teknik Distraksi; Skizofrenia; Gangguan Persepsi Sensori;
Penerapan Aktivitas Menggambar
ABSTRAK
Skizofrenia adalah suatu gangguan mental yang dicirikan oleh perubahan dalam fungsi pikiran yang menghasilkan gangguan dalam fungsi mental, yang mengakibatkan penderitaan pada individu dan/atau kesulitan dalam menjalankan peran sosial. Terapi dzikir bisa diterapkan untuk membantu klien dengan perilaku kekerasan dalam mengendalikan diri serta mengurangi tanda-tanda dan gejala yang menandakan resiko perilaku kekerasan. Tujuan : Untuk menggambarkan pengaplikasian intervensi dukungan spiritual dzikir pada klien skizofrenia dengan masalah risiko perilaku kekerasan di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang. Metode : metode yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini yaitu menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggambarkan selama proses pengaplikasian intervensi dukungan spiritual dzikir. Sampling yang digunakan yaitu menggunakan satu responden. Hasil : Setelah dilakukan pengaplikasian intervensi dukungan spiritual dzikir selama 5 x 8 jam didapatkan hasil adanya penurunan risiko perilaku kekerasan dan peningkatan kontrol diri klien, ditunjukkan dengan kriteria hasil sebagai berikut perilaku melukai orang lain menurun, perilaku merusak lingkungan sekitar menurun, perilaku agresif atau amuk menurun, suara keras menurun, bicara ketus menurun. Kesimpulan : Dukungan spiritual dengan dzikir cukup efektif untuk membantu klien dengan perilaku kekerasan dalam mengendalikan diri serta mengurangi tanda-tanda dan gejala yang menandakan resiko perilaku kekerasan.
Kata Kunci : Dukungan Spiritual, Risiko Perilaku Kekerasan, Skizofrenia
ABSTRAK
Tujuan mendiskripsikan pengelolaan asuhan keperawatan pasien dengan masalah keperawatan harga diri rendah kronis pada pasien skizofrenia dan mengetahui perbedaan skor Rosenberg Self-Esteem Scale sebelum dan sesudah pasien melakukan terapi yang dapat meningkatkan harga diri dengan terapi kreasi seni menggambar. Metode penulisan dalam kasus ini adalah metode deskriptif analitik, yaitu pemaparan kasus menggunakan pendekatan proses keperawatan. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara, observasi, pengukuran dan studi dokumentasi, intrumen alat ukur yang digunakan pada pasien harga diri rendah kronis dengan Rosenberg Self-Esteem Scale. Hasilnya perbedaan skor Rosenberg Self-Esteem Scale sebelum dan sesudah mengikuti terapi kreasi seni menggambar, mengalami peningkatan 6 skor pada subjek I (10 menjadi 16) dan 7 skor pada subjek II (13 menjadi 20) selain itu pasien menujukan sikap tenang dan mulai mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Kesimpulan meningkatkan harga diri rendah dengan melakukan terapi kreasi seni menggambar memberikan hasil yang efektif.
Kata kunci: Asuhan Keperawatan Jiwa, Harga Diri Rendah, Rosenberg Self Esteem Scale, Menggambar
ABSTRAK
Skizofrenia
merupakan gangguan mental berat dan kronis yang dapat menimbulkan gejala
positif dan negatif. Salah satu gejala positif pada skizofrenia yaitu
disorganized speech merupakan manifestasi dari risiko perilaku kekerasan.
Risiko perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi marah yang
diungkapkan secara berlebihan dan tidak terkendali secara verbal hingga
menciderai individu sendiri, orang lain maupun merusak lingkungan. Dilatarbelakangi
oleh peningkatan masalah risiko perilaku kekerasan dari tahun 2021 sampai 2022
mencapai 1422 pasien. Adanya peningkatan yang cukup tinggi maka akan dilakukan
penerapan terapi relaksasi otot progresif untuk mengontrol kemarahan. Studi
kasus yang dilaksanakan selama lima hari dari tanggal 14 Maret sampai 18 Maret
2023 dengan tujuan untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada pasien
skizofenia dengan risiko perilaku kekerasan melalui terapi relaksasi otot
progresif. Melibatkan satu subjek dengan menggunakan metode desktriptif. Hasil
yang didapatkan setelah melakukan terapi relaksasi otot progresif kontrol diri
pasien meningkat dengan verbalisasi umpatan menurun, perilaku
merusak lingkungan sekitar menurun, perilaku agresif menurun, suara keras menurun,
bicara ketus menurun.
Key words: asuhan
keperawatan, skizofrenia, risiko perilaku kekerasan, terapi relaksasi otot
progresif
Abstrak
Latar Belakang: Isolasi sosial adalah gangguan yang terjadi pada individu yang kurang atau bahkan sama sekali tidak dapat berinteraksi atau berhubungan dengan orang lain. Penatalaksanaan yang didasarkan sesuai dengan SIKI yaitu promosi sosialisasi dengan metode terapi modalitas sosial skill training. Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini untuk Memaparkan penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien Skizofrenia isolasi sosial di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang. Metoda: Studi kasus ini menggunakan metode deskriptif yakni dengan memaparkan kasus dan menggunakan pendekatan proses keperawatan dengan memfokuskan pada salah satu masalah penting dalam kasus yang dipilih yaitu: Asuhan Keperawatan Pada Klien Skizofrenia dengan Masalah Isolasi Sosial di RSJ Prof Dr. Soerojo magelang. Hasil: Hasil dari penelitian ini didapatkan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama lima hari klien mengalami penurunan gejala isolasi sosial, dibuktikan dengan klien mulai sering berinteraksi dengan orang lain, menatap lawan bicara, dan tersenyum kepada orang lain, namun sedikit kesusahan mencari topik pembicaraan dengan orang lain. Simpulan: Didapatkan hasil dari evaluasi yang diberikan selama lima hari perawatan klien mengalami peningkatan yang signifikan dana bersosialisasi dengan orang lain.
Kata Kunci: Asuhan keperawatan jiwa, Isolasi Sosial, Sosial skill training
ABSTRAK
Latar Belakang: Diabetes Melitus adalah suatu penyakit atau gangguan
metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar
gula darah disertai gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai
akibat insufisiensi fungsi insulin. Salah satu penatalaksanaan Diabetes Melitus
adalah terapi nutrisi media atau diet. Kunci utama diet Diabetes Melitus adalah
dengan prinsip tepat jenis makanan, jadwal makanan, dan jumlah kalori. Tujuan
karya tulis ilmiah ini adalah mendeskripsikan penerapan asuhan keperawatan pada
pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan fokus studi ketidakpatuhan terhadap diet.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi
kasus menggunakan satu klien sebagai subjek penelitian
Hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada pasien terkait masalah
ketidakpatuhan terhadap diet dapat teratasi sesuai dengan kriteria hasil yang
diharapkan.
Simpulan: Dalam mengatasi ketidakpatuhan terhadap diet yang dilakukan
tindakan keperawatan selama 4 hari, pasien menunjukkan sikap patuh dengan
makan sesuai jenis, jadwal, dan jumlah, kadar gula darah sewaktu pasien menurun,
serta pemahaman tentang diet meningkat.
Kata kunci: diabetes melitus tipe 2, ketidakpatuhan diet, edukasi.
Ketentuan Umum Pendaftaran Online